BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 07 April 2010

BELAJAR DARI FILM


Hari ini hari Senin. Selain acara I like Monday di Hard Rock Cafe, apalagi acara yang Anda sediakan untuk mengakhiri hari yang menjengkelkan ini? Nomat. Ya, hari Senin adalah hari nonton hemat atau nomat. Tapi jangan sembarang nonton. Paling tidak, ada beberapa film yang wajib ditonton oleh profesional muda.

Kalau Anda tipe orang yang tidak senang diceramahi oleh ahli SDM dan tidak suka membaca buku-buku how to, maka sesekali ambillah hikmah dari cerita film. Film tidak pernah menggurui (kecuali film propaganda Komunis dan Orde Baru), tapi juga tidak benar-benar kosong dari nilai.

Belajar dari film sudah kita lakukan sejak muda. Dulu, waktu SMA, Anda mungkin sering mencuplik kata-kata Roy Martin dan Rano Karno dalam film untuk merayu wanita yang Anda incar. Sekarang mari kita belajar hal lain dari film. Kita belajar tentang dunia bisnis dari gedung bioskop.

Trilogi The Godfather tentu saja adalah tontonan wajib, jika Anda berniat belajar berbisnis dari film. Ini bukan ajakan untuk menjadi mafia, tapi gaya kepemimpinan Don Corleone memang dapat ditiru. Jika Seni Perang Sun Tzu saja bisa dipakai di dunia bisnis, apalagi filosofi kepemimpinan para bos Italiano itu.

Meski ia adalah seorang kepala keluarga mafia, namun Don Vito Corleone (Marlon Brando) dapat berkepala dingin saat hatinya panas. "Kamu ngomong tentang balas dendam. Apakah balas dendam dapat mengembalikan putramu? Atau dapatkan dendam menghidupkan lagi anakku?"

Kedinginan kepala ini diwariskannya kepada Michael Corleone (Al Pacino). Michael mengajari abangnya untuk memisahkan bisnis dan masalah pribadi. "It's not personal, Sonny. It's strictly business," katanya.

Sedang di seri keduanya, Michael yang pegang kendali. "Banyak yang diajarkan oleh ayahku di sini, di kamar ini. Dia ajari aku untuk dekat dengan teman-teman, tapi harus lebih dekat lagi dengan musuh."

Ada film mafia lain berjudul Gotti. Film yang tak terlalu bagus ini bercerita tentang John Gotti (Armand Assante) yang tengah merangkak ke puncak gambino. Ia kemudian jatuh ke tangan FBI karena dikhianati tangan kanannya, Sammy Gravano (William Forsythe).

Seberapa pun kuatnya kita, tak ada orang yang tak tersentuh. Kekuasaan saja tidak bisa menjamin kesetiaan anak buah. Semua orang bisa membuat kejutan, termasuk anak buah yang tak berdaya. Semakin kita congkak kepada anak buah, semakin cepat ia menjadi musuh kita. Tegas boleh, tapi harus bijak.

Mari kita berpindah ke film lain yang lebih bernuansa kantoran: The Firm. Dalam film dari novel John Grissam itu Mtch McDeere (Tom Cruise) mendapat promosi luar biasa. Pengacara muda belia ini dicurahi berbagai bonus dan hadiah oleh perusahaannya. Ia curiga dan kemudian memilih kebenaran.

Apa artinya? Artinya, jangan sesekali dibutakan oleh standar hidup tinggi yang diberikan perusahaan. Curigai setiap hadiah yang di luar kebiasaan. Karena seperti McDeere, curahan hadiah itu hanyalah umpan yang akan memasukkan kita dalam kurungan dan menjadi budak "perusahaan" itu selamanya. Bahkan kita tak berdaya ketika diperintahkan melakukan kejahatan. Ingat, jika Anda diberi dua pilihan tak enak, maka buatlah pilihan ketiga.

The Devil's Advocate adalah film tentang pengacara lainnya yang harus ditonton. Kevin Lomax (Keanu Reeves) adalah pengacara berbakat dari dusun dan tiba-tiba bekerja di firma hukum prestesius di New York. Seperti laron yang tergoda gemerlap kasus-kasus badak dan terpengaruh oleh bimbingan mentor setan John Milton (Al Pacino), Lomax jadi gelap mata dan tidak lagi memperhatikan ibu dan isterinya.

Kesalahan Lomax hanya satu, ia tidak dapat mengantisipasi godaan yang ditawarkan oleh kekuasaan dan popularitas. Padahal, kesuksesan di kantor tak ada artinya jika hanya ada kepedihan di rumah. Seharusnya Lomax menonton The Godfather saat Don Corleone berkata: "Kamu punya waktu dengan keluargamu? Bagus. Karena pria yang tidak punya waktu dengan keluarkan tak pernah menjadi pria sejati."

Ramai-ramainya orang membuat perusahaan internet pada 1990-an yang kemudian mati ramai-ramai itu mengilhami Chris Hegedus untuk membuat film Startup.com. Sebuah film dokumenter. Ceritanya apa lagi kalau bukan tentang kelahiran dan kematian sebuah bisnis portal, govWorks.com. Dua orang pengelolanya tergiur untuk meraup jutaan dolar dalam waktu singkat.

Jelas, usaha mereka gagal. Di dunia ini mana ada kemakmuran instan. Ketika mendirikan perusahaan baru, seharusnya mereka tidak bermimpi yang muluk-muluk dulu. Oke, mungkin di hari-hari awal ada rezeki nomplok, tapi bisnis tidak setiap hari berjalan seperti itu, bukan? Satu hal lagi yang dapat dipelajari dari film ini, sebisa mungkin jauhkan urusan bisnis dengan pertemanan.

Ingin belajar mengendalikan lawan tanpa harus menendangnya? Belajarlah kepada konglomerat Thomas Crown (Pierce Brosnan) dalam The Thomas Crown Affair yang mahir berbisnis dan cerdik berstrategi. Orang kaya yang satu ini memang aneh, ia bosan dengan kehidupannya yang nyaman dan memutuskan untuk mencuri karya seni bernilai tinggi.

Seorang detektif cantik (Rene Russo) dikirim untuk menyelidiki dan menangkap pencuri nan kaya itu dengan jurus yang sedikit tidak konvenmsional, yaitu dengan merayunya sampai ia mengeluarkan pengakuan. Tapi Crown lebih lihai dan cerdik. Dengan keahlian strateginya yang brilian, Crown menjaga jarak dengan detekfit: tidak terlalu jauh, tapi juga tidak terlalu dekat. Ia justru membuat detektif wanita itu memakan sendiri umpannya. Detektif itu malah jatuh cinta kepada Crown. Kadang hati perlu dibekukan.

Itu semua hanya contoh. Anda pasti punya film-film lain yang menginspirasi, seperti The Wall Street atau Disclosure. Yang jelas, ada sejumlah film yang menawarkan lebih dari sekadar hiburan. Karena itu, bersiaplah untuk menonton nomat hari ini dan menemukan sejumlah hikmah di baliknya. Siapa tahu, apa yang Anda tonton dengan karcis murah hari ini akan berguna saat Anda ngantor besok? qaris tajudin

0 komentar kamu: